Presiden Iran: AS-Israel Berusaha Ciptakan Perpecahan Negara Muslim

Presiden Iran: AS-Israel Berusaha Ciptakan Perpecahan Negara Muslim

Teheran, Iranpttogel Presiden Iran, Ebrahim Raisi, kembali melontarkan pernyataan tajam terhadap Amerika Serikat dan Israel. Dalam pidatonya di hadapan Dewan Keamanan Nasional Iran, Raisi menuding bahwa dua negara tersebut secara sistematis berupaya menciptakan perpecahan di antara negara-negara Muslim, demi mempertahankan dominasi geopolitik mereka di kawasan Timur Tengah.

Menurut Raisi, konflik yang terus berkecamuk di dunia Islam bukanlah semata-mata akibat perselisihan internal, melainkan merupakan hasil dari skenario panjang yang dirancang untuk memecah belah umat Islam. Ia menyebut strategi ini sebagai bentuk kolonialisme modern yang dikemas dalam balutan diplomasi, embargo, dan konflik bersenjata.

Tuduhan terhadap AS dan Israel

Dalam pernyataannya, Raisi menegaskan bahwa Washington dan Tel Aviv tidak menginginkan adanya kekuatan Islam yang bersatu. “Mereka takut akan kekuatan kolektif umat Islam. Oleh karena itu, mereka memelihara konflik sektarian, mendukung kelompok militan tertentu, dan mengintervensi politik dalam negeri negara-negara Muslim,” ujar Raisi.

Presiden Iran itu juga menyinggung peran Amerika Serikat dalam konflik Yaman, Suriah, Irak, dan baru-baru ini Gaza. Menurutnya, setiap keterlibatan AS di wilayah Muslim hampir selalu berujung pada kekacauan, pertumpahan darah, dan keretakan antara sesama umat Islam.

“Israel memainkan peran sebagai ujung tombak penjajahan modern di jantung dunia Islam, dan AS adalah pendukung utamanya. Selama ini, mereka menargetkan negara-negara yang mencoba mempertahankan kedaulatannya dan menolak dominasi Barat,” tambahnya.

baca juga: 5-drakor-on-going-dengan-rating-tinggi-wajib-tonton-bulan-ini

Seruan untuk Persatuan Umat Islam

Raisi menyerukan agar seluruh negara Islam segera membuka mata terhadap bahaya perpecahan yang dihembuskan oleh kekuatan eksternal. Ia meminta pemimpin negara-negara Muslim untuk tidak lagi membiarkan perbedaan mazhab dan kepentingan politik menjadi penghalang untuk membentuk front persatuan Islam.

“Kita harus menyadari bahwa kekuatan sejati kita ada pada persatuan. Ketika kita terpecah, musuh kita menjadi kuat. Tapi jika kita bersatu, mereka akan kehilangan kekuatannya,” seru Raisi dalam pidatonya yang disiarkan secara nasional.

Ia juga menyampaikan apresiasi terhadap negara-negara seperti Suriah, Lebanon, dan Palestina yang disebutnya tetap teguh melawan tekanan dari Israel dan sekutunya. Iran, menurut Raisi, akan terus memberikan dukungan moral, diplomatik, dan kemanusiaan kepada negara-negara tersebut.

Tanggapan Dunia Internasional

Pernyataan Raisi ini menuai beragam respons dari dunia internasional. Beberapa analis Barat menilai bahwa Iran sedang berupaya meningkatkan pengaruh regionalnya dengan membingkai diri sebagai pembela umat Islam. Namun, di sisi lain, banyak pula yang menganggap pernyataan Raisi sebagai refleksi dari frustrasi mendalam atas isolasi internasional dan sanksi ekonomi yang masih menjerat Iran.

Sementara itu, pejabat AS membantah tuduhan Iran tersebut. Dalam sebuah konferensi pers, juru bicara Departemen Luar Negeri AS mengatakan bahwa kebijakan Washington di Timur Tengah bertujuan untuk menjaga stabilitas, memerangi terorisme, dan mendorong hak asasi manusia.

“Adalah keliru jika menganggap Amerika Serikat sebagai dalang perpecahan dunia Muslim. Kami bekerja sama dengan berbagai negara Islam untuk menghadapi ancaman bersama seperti terorisme dan ekstremisme,” ujarnya.

Israel sendiri belum mengeluarkan pernyataan resmi, namun sumber diplomatik di Yerusalem menyebutkan bahwa pernyataan Raisi hanya mencerminkan upaya Iran untuk mengalihkan perhatian dari masalah internal yang tengah dihadapi negaranya, termasuk krisis ekonomi dan gejolak sosial.

Konteks Regional

Pernyataan Presiden Iran ini muncul di tengah meningkatnya ketegangan di kawasan. Serangan udara Israel di Suriah, konflik Gaza yang belum mereda, serta meningkatnya rivalitas antara Iran dan Arab Saudi dalam memperebutkan pengaruh di dunia Islam, turut memanaskan situasi geopolitik regional.

Namun, belakangan ini, terlihat tanda-tanda pelunakan antara Teheran dan Riyadh. Kedua negara bahkan telah memulai kembali hubungan diplomatik setelah bertahun-tahun bersitegang. Raisi menyebut langkah ini sebagai contoh nyata bahwa persatuan dunia Islam bisa terwujud jika ada kemauan politik dari masing-masing pihak.

Penutup

Pernyataan Presiden Iran Ebrahim Raisi kembali menyoroti persoalan lama yang masih menjadi luka terbuka di dunia Islam—persatuan yang rapuh, campur tangan asing, dan konflik berkepanjangan. Meski pernyataannya kontroversial, seruan untuk solidaritas di antara negara-negara Muslim tetap menjadi topik penting yang tak bisa diabaikan.

sumber artikel: www.september2018calendar.com